Senin, 06 Februari 2017

Naik Turunnya Kebaikan

Sudah menjadi sebuah jalannya yang harus aku gali kembali mengenai ekspektasi diriku ini. Sebuah perjalanan yang sudah lama tertunda dalam sebuah noktah perjalanan.

Hari ini adalah hari yang dipersiapkan untuk mengawali sebuah harapan atau langkah awal untuk menyambut sebuah harapan yang tertunda, izinkan Aku untuk menghampirinya! Setiap detik yang diawali dalam goresan tinta yang tersisa dalam lamunanku membuat diriku terlena dan tersiksa. Merasa diriku disiksa dengan kata-kata ku sendiri yang pernah Aku tanam semenjak aku masuk keperguruan tinggi. Salahkah Aku, karena aku memulai kembali sebuah harapan yang dulu pernah terucap. Rasa kangen yang menyerang diriku setiap waktu, menyebabkanku terpukul akan semua yang pernah aku lakukan.

Teruntuk diriku yang hanya membongkar sebuah harapan tetapi ketika Tuhan mempertemukan sebuah jalan malah diriku membiarkannya.
Bagaimana aku harus mengawali kehidupan ini dengan sebaik-baiknya hidup, Ya Rosulalloh disini umatmu sedang merindukan pelukanmu, disini umatmu sedang kebingungan mencari jati diri. Bagaimana aku menghadapinya yaa Rosulalloh? Setiap hari aku hanya menyesal dan menyesal namun diriku belum bisa melakukan penyesalanku ini dan memperbaikinya. Tuhan betapa hina dina diriku ini yang hanya berbuat kerusakan dimuka bumimu ini.

Disaat seorang sedang enak-enaknya merasakan kebahagian yang sangat, waktu itu juga aku merasakan yang bertolak belakang dengan mereka, bukan aku yang memanfaatkan sebuah kebahagian itu dengan sesuatu yang sangat membahagiakan malah aku perbuat untuk semakin menderita.

Oh Tuhan maafkanlah Aku...

Setiap hari aku selalu dirindukan kpenderitaan, mungkin aku kurang tepat untuk memberika sebuah kata penderitaan yangsedang menimpa diriku. Aku ingin menerimanya dengan keikhlasan hatiku untuk bisa menerima apa yang sedang aku alami ini. Waktu sudah memberikanku kesadaran untuk meneruskan perjalananku di kota pengetahuan ini, aku sudah membuatkan sebuah ilusi dalam keseharianku. Agar aku terus berlari dalam alunan naik turunnya nada kehidupan.
Banyak sekali perkara yang aku keluhkan kepada Tuhanku dan tuhanku yang berada dibumi ini.

Hari ke-2......

Wahai tuanku aku gagal menikmati hari ini, karena kehidupan hari ini membuatku ni’mat dalam kedustaan, aku hiasi kehidupan hari ini hanya dengan sebuah kebahagiaan yang penuh kebohongan, aku tau itu adalah sebuah kebahagiaan yang sementara dan memang  tidak ada sama sekali jejak kebahagiaan itu, karena kebahagian yang aku dapatkan hari ini adalah sebuah kebahagiaan yang dibuat-buat dan dapat menjerumuskanku kedalam kegelapan, kebahagiaan ini menjauhkan aku dari pelukanmu. Aku sedang nyaman-nyamannya berada dalam dekapan pelukan-Mu wahai Tuanku. Aku malu dengan diriku ini.

Hari ini adalah sebuah hari kebahagiaan yang harus saya tinggalkan dan memang sangat benar-benar harus saya tinggalkan dengan tidak mengulanginya kembali, hari ini adalah hari yang begitu menyiksaku padahal aku yang membuatnya tersiksa. Kadangkala aku menyalahkan luar dari padaku, aku yang selalu tak bisa menjaga diriku dari kebahagiaan yang dusta itu, Tuanku peliharalah diriku ini wahai Tuan. Jangan sekali-kali Engkau bosan terhadap permintaan ku agar mendapatkan ampunan darimu .

Hari ke-3....

Wahai Tuan, aku sedang menikmati hasil alam yang telah engkau berikan kepada semua makhluk, apakah kenikmatan yang aku rasakan ini akan berkah?

Aku tidak tau Tuanku. Aku ingin sekali keluar dan mencari kebarokahan dalam kesehariannku, untuk selalu mengambil keberkahan dalam setiap untaian kata-kata setiap yang maknawi.

Setiap hari aku selalu bercumbu dengan sebuah pasangan yang appabula itu selalu hadir dan tidak kurang satupun, aku merasakan kedamaian dalam hidup ini, namun diriku masih terpokus dalam sebuah pasangan itu, aku belum memberikan sebuah usaha yang maksimal untuk aku satu padukan dengan sebuah keistimewaan dalam kehidupankku.
Tuanku, apakah Engkau akan mengijinkanku untuk bertamu kenegeri orang?

Aku ingin sekali sebuah pasangan ini selalu menemaniku untuk menunjukan dan mendukungkungku dalam perjuanganku. Aku ingin sekali sebuah pasangan itu selalu menghadirkan sebuah kedamaian dan kesemangatan. Kemjuan atas diriku, Aku mau sebuah pasangan itu mjenjadi saksi atas kehadiranku yang hadir di dunia ini, aku tak mau diriku absen dakam keseharianku, aku tak mau rangkaian sebuah sejarah yang aku buat menjadi akhir  yang sulit terakui.

Tuanku, relakah ucapan-Mu menjadi tambahan atas temanku yang sebuah pasangan itu, Aku ingin membawanya dan melibatkan dalam keseharian hidupku sekarang ini. Aku sedang mencari noktah mutiara-Mu yang siap denga keseharianku.

Ditempat manakah aku harus menjemputkan wahai Tuan? Dimanakah aku harus memperjuangkannya? Aku belum merasakan kerelaan atas temanku sebelum aku bertemu dengannya dan akan selalu menemaniku dan takakan terpisahkan, sampai aku merasakan kenyamanan yang sangat luar biasa dengan-Mu wahai Tuanku.

Baru setengah langkah aku berangkat untuk menemuinya, semoga Engkau selalu memberikankeistiqomahan kepadaku.
Wahai Tuanku, ketika aku sedang memperjuangkannya. Aku titipkankepadamu untuk mutiara-mutiaraku yang sedang berjuang untuk memperbanyak diri dan menyatu untuk datang kepada-Mu. Aku titipkan mereka kepada-Mu wahai Tuanku. Aku ingat kepadanya tatkala aku mencapai kegagalan di tengah-tengah perjalananku ini, namun aku berharap agar aku ingat kepadanya tatkala aku berada dipenghujung puncak perjalananku ini.

Wahai Tuanku, panggilanmu selalu tedengan olehku, namun aku belum bisa memenuhi semua panggilan-Mu dengan tepat waktu, aku selalu belum bisa berhidmah kepada-Mu wahai Tuanku. Aku masih menjadi budakmu yang bengal. Izinkanlah aku menikmatinya dalam waktu yang singkat, dan sisanya aku sangat berharap kepadamu agar aku mencapai kenikmatan yang hakiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar